الاثنين، 22 أبريل 2019

Pengimplementasian Perspektif Kartini

Tepat saat ini, tanggal 21 April 2019. Selaras dengan peringatan hari emansipasi wanita di Indonesia. Terlihat jelas sosok yang akan selalu teringat sepanjang sejarah atas perjuangannya dalam mempertahankan hak-hak wanita, RA. Kartini.

Sekilas melihat sosoknya dalam ranah teologis khususnya dalam Perjalanan mencari celah-celah cahaya islami yang menjawab berbagai keraguannya.

Pemahamannya yang kurang dalam agama akibat batasan pemahaman tentang islam yang dianggap sebagai suatu hal yang sakral menjadikannya berada dalam suatu kegelapan.

Kegelapannya dalam berbagai ranah kehidupan berbalik dengan sifatnya yang ambisius dalam berbagai hal menjadikannya bangkang akan sesuatu yang tak ia ketahui, salah satunya penafsiran Al-Quran.

Hingga ia bertemu dengan sosok pencerah dalam hidupnya yaitu, KH. Sholeh Darat. Beliaulah seseorang yang telah dikirimkan Allah bagi Kartini, jawaban dalam pencariannya yang cukup lama denga rahasia-rahasia tersembunyi dalam Al-Qur'an.

Darinya, Kartini mendapat suatu pencerahan yang tak ia ketahui sebelumnya. Ibarat setelah berada dalam kegelapan menuju ke suatu yang terang benderang. Dari sinilah terbentuk salah satu inspirasi dalam pembuatan judul bukunya yakni, "Habis Gelap Terbitlah Terang". Yang dikutip dari Surat al qur'an.

Senada dengan sejarah dan peristiwa ini, tepatnya pada dimensi yang berbeda namun di waktu yang sama. Terbukalah sekilas cahaya petunjuk dar Sang Maha Kuasa untuk diri yang masih dalam proses menalar kehidupan ini.

Yakni saat aku belajar di Markaz Bahasa, tepatnya seorang guru menjelaskan Antara Al-Qur'an dan Hadits dalam pembahasan ini, aku mengambil satu titik penting yang ku coba untuk dijadikan suatu teori dalam kehidupanku. Mubayyan (yang menjelaskan) dan Mubayyin (yang menjadi penjelas). Mubayyan yang dimaksud ialah Al-Qur'an dan Mubayyin adalah Hadits.

Seketika aku mencoba berfikir dalam hal ini dan terdetik satu kesimpulan bahwa Indonesia ibarat Mubayyan bagiku sedangkan Mesir adalah Mubayyin. Mengapa demikian??

Di Indonesia, aku dapat berbagai komponen yang menjadi kumpulan pertanyaan yang bagiku untuk dicari jawabannya. Mesir ibarat sosok negara yang akan menjawab berbagai keraguan serta ketidakpahamanku akan berbagai hal tersebut.

Dari Dl(Daurul Lughoh), aku memahami hal-hal yang dulunya selalu menjadi pertanyaan terbesarku di Indonesia khususnya dalam berbagai pelajaran seperti ilmu alat. Sampai akhirnya Mesir menjawab satu demi satu pertanyaanku dalam hal ini. Akupun juga mendapat hal lain yang tak aku pahami sebelumnya di Indonesia dalam kancah kehidupan yang tak seperti hikmah. Yang dimana tersebar dimana-mana namun hanya orang yang berfikir dan bertadaburlah yang akan memperolehnya.

Keadaanku saat inilah yang menjadikan perspektifku dengan sosok kartini dalam lingkup ranah judul bukunya serta peristiwa yang ia alami, yakni "Habis Gelap Terbitlah Terang".

Dan inilah perspektifku dalam "Habis Gelap Terbitlah Terang" dalam hari kartini.



ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق